Selasa, 29 Maret 2011

Berguru kepada ibu

26 Maret 2011
Kemarin adalah pembagian progress report murid-murid ku. Pengalaman ku bertemu dengan orang tua murid secara exclusive dengan para orang tua murid tersebut untuk yang pertama kalinya. Yah, memang ternyata setelah ditelisik lebih jauh, karakter para muridku ternyata tidak beda jauh dengan orang tua nya ataupun kondisi rumahnya. Aku baru menyadari bahwa ternyata menjalani tugas sebagai orang tua itu tidaklah mudah. Perlu kehati-hatian dalam bertingkah laku dan mendidik anak. Tabiat anak sangat bergantung dengan tabiat orang tuanya. Haduh…semakin pusing aku dibuatnya.
Menjadi guru juga sama saja. Orang pikir menjadi guru adalah pekerjaan yang mudah. Namun, guru yang macam apa? Kalau meniatkan diri untuk menjadi guru yang baik yang bukan hanya sekedar mentransfer ilmu saja, tapi juga sekaligus mendidik anak hal tersebut bukanlah merupakan perkara yang mudah. Aku yang masih umur kencur dalam dunia pendidikan harus naik level dengan segera mengimbangi para orang tua yang umurnya sudah berkali-kali lipat dibandingkan aku. Tentunya mereka sangat paham akan asam garam kehidupan, sedangkan aku? Bolehlah anggap aku anak kemarin sore yang baru sedikit merasakan kehidupan. Pusing aku dibuatnya, mau menasihati tapi mereka lebih tua daripada aku, mau tidak menasihati tapi aku perlu menasihati mereka demi kebaikan murid-muridku. Haah…pusing.
Awalnya aku tidak menyangka menjadi guru sebegini pusingnya. Aku pikir aku hanya mengajar dikelas, memberikan nilai, beres perkara! Tapi ternyata tidak hanya sampai disitu saja, perjalananku masih panjang bo! Yah sudah kepalang basah jadi guru, yah langsung aja terjun bebas sekalian nyemplung beneran.
Hari itu aku langsung berubah profesi sementara, dari hanya sekedar guru biasa berubah menjadi psikolog keluarga. Haduuuh..kalau dibayangin sekarang aku juga heran kenapa bisa melewati hari itu dengan baik-baik saja. Hahaha….. bayangkan saja aku yang masih anak kemarin sore ini bisa berbicara dengan orang tua murid yang umur dan pengalamannya berkali-kali lipat dneganku. Aku menasihati mereka bukan karena aku banyak pengalaman, tapi hanya bermodal sering dengar pembicaraan orang (ternyata jadi tukang nguping ada manfaatnya juga kadang-kadang..hehehe), baca buku, nonton TV. Itu Tok! Pengalaman? Nol besar. Kalau ada orang tua yang tau tentang hal ini, mereka pasti sudah ogah lagi bicara denganku, aku bicara semua berdasarkan teori.
Dan ternyata memang benar menjadi orang tua maupun guru yang baik tidak lah mudah. Semua tindak tanduk kita ditiru oleh anak-anak kita. Murid yang pintar ternyata saat ditelisik lebih jauh mempunyai orang tua yang super pintar, dalam arti orang tua yang selalu mendukung dan memotivasi dia sepenuhnya. Tidak melulu harus professor ataupun petinggi Negara, tapi orang tua yang pintar adalah orang tua yang tahu bagaimana memotivasi anaknya untuk mau menghadapi dunia dan mau bangkit jika anaknya terjatuh. Sebaliknya, murid yang super bodoh di sekolah sebenarnya bukan karena dia tidak bisa tapi ternyata berangkat dari keluarga yang tidak dapat mendukung dia sepenuhnya, entah karena dia tidak mendapat dukungan, atau dia mengalami ketidaknyamanan dirumahnya, atau faktor lain.
Ternyata, saat aku meninjau lebih dalam, menyayangi seorang anak bukanlah harus selalu memanjakan dia dengan mengabulkan ratusan atau bahkan ribuan permintaan dia. Bahkan tanpa disadari oleh para orang tua, tindakan tersebut malah cenderung merupakan tindakan tidak menyayangi anak.
Sebaliknya, bertindak tegas (namun tidak dengan kekerasan), disiplin, terus memotivasi, yang mungkin akan dianggap anak sebagai tindakan yang menyebalkan, membuat anak bĂȘte, tapi itu justru merupakan sebuah bentuk kasih sayang terhadap anak.
Saat aku memilih profesi sebagai guru ini, aku baru menyadari sepenuhnya bahwa ternyata hal ini merupakan bentuk rasa terima kasih ku terhadap kedua orang tua ku yang menjadi teladan bagiku. Berangkat dari pengalamanku mengalami pendidikan dari mereka, aku bisa dengan mudah memberikan motivasi kepada murid-murid atau pun orang tua mereka. Aku selalu mencontoh cara mendidik mereka untuk kukatakan kepada murid-muridku ataupun orang tua mereka.
Ibu, Bapak, I really thank to you for your dedication to raise me so that I can motivate people easily. I take all of your way of educating me to give the parents suggestions. I couldn’t do anything except saying thank you and I love you so much.
Tanpa Ibu dan Bapak ku yang super aku mungkin bukanlah siapa-siapa. Aku mungkin tidak bisa memotivasi anak-anak murid ku bahkan orang tua mereka. Tanpa semua pengalaman pahit yang pernah kurasakan, aku mungkin tidak bisa menjadi manusia yang kuat menahan badai, yang bisa terus meneriakan kata-kata perjuangan untuk mengarungi hidup.
Biarkanlah anak kita mengalami susahnya dunia, dampingilah mereka, motivasi mereka bahwa kalau kita keras terhadap dunia maka dunia akan lunak terhadap kita*. Biarkan dia merasakan sakitnya terjatuh untuk tahu bagaimana enaknya bisa berdiri. Motivasi dia untuk bisa berdiri sendiri, jangan tuntun dia selalu. Biarkan anak kita merasakan lelahnya kerja keras untuk tahu bagaimana manisnya hasil yang memuaskan dari hasil kerja kerasnya.
Ibu dan Bapak ku tercinta, aku banyak salah, kalian juga manusia biasa, namun dibalik keterbatasan itu semua kalian, kita, telah mampu memaknai dunia.
Terima Kasih