Rabu, 23 Desember 2009

DOA KAMI

Tuhan…..
Terimakasih…
Terimakasih Kau menjadikan hidup ini penuh liku
Agar kami paham apa arti anugerah..
Tuhan…
Terimakasih…
Terimakasih Kau jadikan semua hal tak mudah kami raih
Agar kami kenal arti sebuah usaha..
Tuhan…
Berikan kami kesempatan…
Berikan kami waktu…
Kami berjanji akan menjadi pejuang-Mu yang tangguh
Bantu kami Tuhan…
Tuhan….
Kami akan terus berusaha…
Tolong hadiahi usaha kami dengan harapan…
Jadikan harapan kami nyata indahnya…
Kami tidak tahu yang terbaik untuk diri kami…
Yang kami tahu hanya yang kami ingini..
Tuhan…
Kau-lah yang Maha Mengerti…
Lebih mengerti dibanding urat nadi kami…
Kami akan terus berusaha…
Hingga Kau izinkan kami merengkuh bahagia-Mu yang abadi…
Terimakasih Tuhan…
Kau jadikan hidup kami berliku…
Agar kami paham hidup ini punya makna…
(kamar, 23.12.2009)

Jumat, 11 Desember 2009

Luka

Lembayung senja saksikan sebuah torehan luka terperi
Gamang terasa menapak sebuah kebimbangan
Perih terasa hampa mengudara hingga merasa tak ada lagi asa disana
Namun haruskah ini terus berlanjut?
Hingga diri terus terhanyut?
Tak terbayangkan perih terasa mengenang semua yang ada
Namun kaki ini harus terus melangkah
Walaupun diri tak kuasa berdiri namun harus sanggup aku tapaki hari
Langkahkan kaki hingga tiba di ujung hari

Tercabik sudah untuk kesekian kali sebuah hati kecil yang tak kuasa menahan segala perih
Namun sekali lagi berulang kali hati tergoreh luka
Dan sekali lagi pula diri harus tangguh berdiri
Dalam gamang butuh rasa sayang namun tersadar diri tak mampu memohon langit
Menatap mega menyambut hampa

Tersadar segala aral harus terlewati
Dengan diri walau tercabik harus terlewati

Kuatkan diri
Tangguhkan hati
Tapaki hari
Hingga dapat ku songsong kembali cita ku yang kunanti

(Kamar 25.02.2009 20:15)

Kamis, 10 Desember 2009

te quiero

No puedo hacer un poem bonito
Porque tu amor es un poem realmente bonito
No puedo escribir una carta de amor
Porque tu amor es una real carta de amor
Celebro San Valentin los todos contigo
Muchas gracias mi novio
I te quiero!

I can’t make a beautiful poem
Because your love is the real beautiful poem
I can’t write a love letter
Because your love is the real love letter
I celebrate a Valentine day everyday with you
Thank you very much my beloved
I love you

( Spanish class, 24.03.2009 15.45)

Simpang

Simpang Terperi
Simpang hantarkan kebimbangan
Mengawang tanpa dapat melawan
Mengakar bimbang dalam kalbu setaman
Hingga terurai gundah menelisik imaji
Hantarkan sepi dalam ruang sulbi
Berurai mimpi yang tak pasti
Menanti kabar di ujung tepi
Tersingkap realita tanpa hati
Mencaci hingga diri tersadar
Akan asa tergantung tinggi
Tak dapat terhalang gundah terperi
Ataupun bimbang diatas simpang

(Kansas 14:05 WIB 07.01.2009)

perempuan dan adam

????
Tahukah kamu saat kita menatap mega kita akan menemukan imaji disana?
Tahukah kamu saat kita menatap bumi kita akan menemukan nurani disana?
Ketika kita menatap mega kita akan tahu bahwa kita tak selamanya dapat bertahan mendongak
Ketika kita menatap bumi kita akan tahu bahwa kita tak selamanya dapat bertahan merunduk
Tahukah kamu saat kita melihat hawa kita akan menemukan rusuk kita disana?
Tahukah kamu saat kita menyadari kita adalah adam kita akan menemukan kepala kita disana?
Ketika adam melihat hawa, adam akan sadar bahwa hawa bukan tulang belikat adam, bukan tulang kaki adam, bukan pula tulang selangkang adam
Hawa adalah tulang rusuk adam terletak disamping adam mendampingi adam tidak membelakangi adam tidak menuntun adam namun adam biarkan dia menginjak, tapi tidak melangkahi adam
Tapi hawa mendampingi adam dia tulang rusuk adam
Ketika adam menyadari dia adam dia akan tahu bahwa dia punya kepala. Dia punya pemikiran dan juga pikiran, dia dapat menatap mega tegak menengadah dan seringkali lupa merunduk, lupa punya nurani. Terkadang dia juga tidak sadar bahwa dia punya tulang..kepalanya tidak akan tegak tanpa tulang leher, tulang lehernya tidak akan kuat tanpa rusuknya, parunya tidak akan kuat tanpa rusuknya, jantungmu akan berhenti berdetak tanpa rusukmu
Adam perlu rusuk…jangan pindahkan rusuk adam ke belikatnya, ke kakinya, ataupun ke selangkangnya
Ketika kita menatap mega kita selalu menemukan imaji tapi terkadang kita tidak sadar bahwa kita bertopang pada bumi
Ketika kita menatap bumi kita selalu memelihara nurani tapi terkadang kita lengah tak sadar kalau kita harus menatap mega mengawasi dia. Mensyukuri mega
Kepala butuh rusuk
Mega harus menaungi bumi
Bumi mengayomi mega
Tanpa bumi mega tak guna
Tanpa mega bumi meronta
Adam butuh hawa
Hawa pendamping Adam
Jangan kamu enyahkan mereka
(kamar 22:24 WIB 08.01.2009)

Setia

“Ketika Kesetiaan Dipertanyakan”
September 22nd, 2007 by neiy-hj
Ketika sebuah kesetiaan dipertanyakan dalam sebuah hubungan percintaan, akan muncul banyak argumentasi yang mendukung dan juga menolak akan hal tersebut. Kesetiaan, fidelity, atau la fidélité yang masing-masing memiliki arti sendiri-sendiri namun hanya punya satu makna, adalah suatu hal yang menurutku ambigu untuk diungkapkan. Aku hanya dapat berpikir bahwa kesetiaan dapat didefinisikan sebagai suatu pengabdiaan penuh akan suatu hal. Kalau aku bisa hubungkan sebuah kesetiaan pada sebuah hubungan percintaan, kesetiaan dapat aku artikan mencintai sepenuh hati pasangan kita dengan memberikan yang terbaik yang kita miliki untuk pasangan kita tanpa mengharapkan sebuah pembalasan akan apa yang kita perbuat.
Mencintai dengan sepenuh hati….merupakan suatu hal yang sangat klise untuk diungkapkan. Tidak selingkuh, tidak bermain ‘api’ dengan orang lain, tidak bla bla bla bla and bla… yang whatever orang sering bilang tentang itu. Tapi ketika sebuah kesetiaan menjadi sebuah pertanyaan akankah kesetiaan berhenti sampai dengan definisi bahwa kita harus cinta penuh pada satu orang (dalam percintaan) tanpa harus membagi cinta kita pada orang lain selain dengan keluarga kita tentunya?
Hal itulah yang ingin aku pertanyakan. Akankah aku harus membelenggu diriku sendiri ketika aku merasakan bahwa rasa cintaku harus aku bagi dengan orang lain? Dosakah hal itu? bagi kamu yang idealis kamu pasti akan mengatakan bahwa hal itu memuakkan, tapi jika kamu mengalami hal itu, saat dimana kamu tidak dapat lagi terbelenggu oleh kesetiaan, kamu harus keluar dan memberikan hal itu pada yang kamu inginkan, apa yang akan kamu katakan pada idealis tentang sebuah kesetiaan?
Cinta, suatu hal yang absurd namun begitu dekat dengan kita, jika tidak ada cinta tidak mungkin lahir kata benci atau dendam. Dalam pembicaraan cinta, kita pasti akan membahas setia tapi jika setia itu hilang akankah cinta juga hilang? Jika kita memberikan cinta pada yang lain, akankah kita dikatakan tidak setia? pasti sebagian besar orang akan mengatakan bahwa kita tidak setia, pengkhianat, bla bla bla bla bla and bla….. jika kamu berpikir juga demikian, dapatkah aku mengatakan bahwa kamu itu picik? tidak…..tidak itu maksudku, maksudku mungkin memang wajar kalau kamu juga berpendapat demikian, tapi akankah sebegitu sempitnya hal tersebut?
Aku juga harus bingung jika aku ada di posisi tersebut, tapi aku juga tidak bisa mempersalahkan para “pembagi cinta” ( aku tidak mau mengatakan mereka pengkhianat cinta) jika ternyata mereka melakukan hal itu dan tidak mau dikatakan tidak setia. Aku juga sependapat dengan mereka karena belum tentu mereka lakukan itu salah, cinta memang harus dibagi, bagaimanapun perhitungan kadarnya dan kepada siapapun itu. Aku juga tidak bisa jika tidak membagi sayangku kepada orang yang aku ingin sayangi walaupun aku sudah punya kewajiban membelenggu rasa cintaku hanya pada orang tertentu saja.
Jangan pernah mempertanyakan kesetiaan jika kita memang masih berpikir sempit bahwa setia yakni membelenggu diri kita mengabdikan hati dan cinta kita hanya pada satu hal. biarkan cinta itu mengalir tanpa terbelenggu dan jangan pernah mencoba untuk membelenggu cinta karena cinta tidak pernah berarus dan berwujud hingga takkan pernah dapat kau belenggu.
Maafkan yang tidak dapat membelenggu cinta
hingga harus ‘tidak setia’

Balada Karet

Balada Karet

August 10th, 2006 by neiy-hj

In revision February 28th, 2009

Kenalkan, aku sebuah ban, lalu apa istimewanya? Yah aku memang hanya sebuah ban radial dengan harga sekitar 850 ribuan. Aku, saudaraku, dan kawan-kawanku hanyalah sebuah ban hitam yang terkadang berubah menjadi kelabu atau kecoklatan saat musim hujan.Kenapa warnaku harus hitam? Mungkin disamakan dengan nasibku yang hitam dan jalan aspal harus selalu ku lalu yang juga berwarna kehitaman dan mungkin pula karena masa depanku yang tidak memiliki setitik harapan suatu saat aku akan menjadi permata yang bercahaya. Yah.. aku memang hanya sebuah ban. Sepanjang hariku, aku menopang kotak besar yang bernama ‘mobil’. Saudaraku menopang sepeda dan dan sahabat lamaku menopang sepeda motor. Apapun yang kami topang, nama kami tetap sama yakni B-A-N.

Aku lahir dari pabrik terkemuka milik negara adi daya yang merampok bahan baku dari negara kaya namun miskin dengan hutan karet terluas namun tergunduli oleh perampok bangsa yang bodoh namun mengaku pintar di lintang tropis Benua Asia. Saat ini aku telah pindah dari tempat kelahiranku yakni PABRIK BAN ke dealer ban terkemuka di negara ini. Aku senang sekali pindah ketempat ini karena aku dapat melihat gadis seksi setiap hari apalagi saat aku dibawa untuk dipamerkan pada pameran otomotif di kota. Terkadang aku merasa jengah namun aku berusaha untuk menikmati pemandangan itu. Gadis-gadis lugu korban propaganda bodoh para lelaki yang berhasil merayu mereka untuk berpakaian minim dengan make-up yang baru akan hilang setelah 4 kali cuci muka dengan susu pembersih, sabun muka, dan cairan make-up remover dengan satu alasan… mendongkrak angka penjualan.

****

Saat ini nasibku berbeda, aku bukan lagi ban radial, aku bukan lagi seharga 850 ribuan, aku bukan lagi yang dipromosikan para gadis belia, lugu, namun pandir itu. Aku… aku tidak lagi ada pada rak bersih nan rapih itu. Kemarin aku telah pindah…

Hari ini pindah lagi. Setelah sehari yang lalu aku ada dibengkel Pak Tejo, sekarang aku harus pindah ke bengkel Bang Togar. Aku terkadang rindu dengan kehidupanku yang dulu, aku rindu berada dibengkel mobil terkenal, aku rindu menjadi tawaran sekian banyak orang dengan harga yang super mahal, aku rindu menopang tumpangan yang high class, aku rindu bersama teman-temanku membawa penumpang topanganku ketempat-tempat yang tidak terjamah oleh orang rendahan. Aku rindu semua itu. Tapi sekarang aku hanyalah sebagai penghuni bengkel butut yang tidak memiliki ‘harga’ sama sekali.

Dulu aku terkadang lelah terus berputar mengangkat beban dan berpanas-panasan dijalan raya serta kehujanan dan menginjak benda-benda nista. Aku dulu sempat benci dengan takdirku sebagai benda bulat yang harus bersama dengan teman-temanku menopang sebuah kotak besar yang ditumpangi oleh pejantan yang tidak begitu tangguh. Pergi melintasi kota metropolitan, atau mungkin sekarang yang berubah menjadi kota megapolitan. Bertemu dengan para kolega, atau mungkin malam hari aku harus mengantarkannya membeli kembang gula pinggir jalan. Terkadang aku dan teman-temanku muak melihat caranya menikmati kembang gula tersebut. Kami pikir begitu murahnya majikan kami hanya mampu membeli kembang gula pinggir jalan. Dia seorang eksekutif muda kenapa tidak mencoba kembang gula ditoko swalayan, ataupun kembang gula diwarung dekat rumah, kenapa yang dipinggir jalan? tidak ingatkah dia sebagai seorang selebriti dan eksekutif muda tidak boleh sembarangan membeli kembang gula pinggir jalan? Tidak pernahkah dia menonton pemberitaan televisi yang mengatakan bahwa kembang gula pinggir jalan banyak pengawet dan pewarna pakaian? kembali lagi dengan caranya menikmati kembang gula tersebut. Begitu menjijikkan. Begitu memuakkan. Terasa begitu tidak masuk akal. Dia lucuti satu persatu bungkus kembang gula tersebut, dia masukkan kedalam mulut dan dia nikmati sambil menyetel lagu yang sedikit jazz (padahal aku tahu majikanku tidak mengerti apa-apa tentang musik, apalagi musik jazz, musik berkelas), dia menikmatinya seperti tidak pernah merasakan sebutir kembang gula waktu kecil.

Aku mengerti tentang masa lalu majikanku yang begitu kelam sehingga kembang gulapun ia tak mampu untuk menikmatinya, bahkan kembang gula yang dijajakan ibunya sendiri, dan lebih parah lagi kembang gula yang ditawarkan oleh adik perempuannya sendiri.

Namun, aku terkadang merasa iba dengan para kembang gula tersebut dan tak jarang aku merasakan aku jatuh cinta pada salah satu diantara mereka. Mereka yang ternistakan oleh keadaan, mereka yang tidak dapat lari dri sebuah kenyataan pahit itu. Aku tidak dapat berbuat banyak selain dengan rasa yang tertegakan aku harus melihat mereka merelakan semua miliknya demi keinginan orang seperti majikanku yang tidak pernah merasakan hakikat manis yang sesungguhnya dari kembang gula.

Terkadang aku juga muak dengan diriku sendiri, aku dibeli dengan harga yang mahal, dipromosikan oleh gadis-gadis seksi, ditawar oleh eksekutif muda seperti majikanku sekarang ini. Tapi setelah itu aku hanya digunakan untuk menopang kotak besar, berputar setiap hari ditengah panasnya jalanan ibu kota, berputar ditengah debu dan asap, menginjak barang nista, dan seringkali mengantarkan pula ketempat nista. Membeli kembang gula.

Ingin rasanya aku memiliki kembang gula, mengulum mereka untuk diriku sendiri. Menyimpan mereka pada tempat yang teristimewa milikku. Tapi aku tidak bisa. Apalah artinya aku yang saat ini mungkin sama nistanya seperti mereka. Aku kotor, lusuh, bau, dan selalu berada dibawah. Walau aku tahu kalau aku sangat berarti bagi kotak besar berjudul mobil itu. Kalau tidak ada aku mana mungkin kotak itu bisa berfungsi layaknya sebuah mobil.

Tapi…

Hari ini nasibku tidak seperti beberapa tahun lalu, yang tersenyum manis ditengah-tengah jajaran ban radial dengan merk terkemuka, dipromosikan oleh gadis-gadis belia nan seksi. Tidak. Hari ini nasibku berubah. Majikanku menjualku bersama dengan kotak besar mewahnya, majikanku bangkrut, tidak punya uang lagi, dan tidak lagi mampu membeli kembang gula. Aku dilucuti bersama teman-temanku oleh pemilik toko gadai, aku dijual ketukang loak, aku berpisah dari teman-temanku, dan sekarang aku menjadi sebuah ban bekas. Hanya ban bekas.